‘KUM’ Atawa Bibit Unggul Zaman Akhir



Tulisan ini merupakan Intisari  Pementasan Teater, Karya Al Ilham Rahman Rachomi yang Disutradarai  Abdul Rahman. Digelar Oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Teater Kampus Unhas.  Di Gedung AP Pettarani, Sabtu, (2/4).

Cerita diawali percakapan sang tokoh utama dengan Tuhan. Menggambarkan proses kelahiran manusia. Sang tokoh digambarkan sebagai seorang lelaki yang mencari arti kehidupan dari tokoh Descartes, La Galigo, dan Al Gazali. Sang Tokoh lahir pada tempat busuk, di kumpulan sampah. Dia tumbuh menjadi remaja biasa. 
Dia belajar mengenal kehidupan dari interaksinya bersama sampah-sampah. Di sana pulalah Sang Tokoh menemukan sebuah buku dari ketiga tokoh yang manginspirasi hidupnya.
Sang Tokoh hampir tak mampu membedakan antara menusia dengan sampah.  Hal itu terjadi saat berjumpa dengan Manusia I. Sang Tokoh bertemu Manusia I dan bertanya mengenai apa siapa sebenarnya yang ada di hadapannya. Manusia I menjawab pertanyaan Sang Tokoh, namun jawaban itu tak mampu memuaskan rasa  ingin tahunya. Karena tak dapat membedakan kebusukan hati Manusia I dan bau sampah,  Sang Tokoh mencekik lelaki di depannya hingga mati.  Dan menyuruh pemulung menyeret Manusia I ketempat lain.
Setelah itu Sang Tokoh kemudian kembali membaca buku yang di dapatnya di tempat sampah. Namun ia tak sanggup memahami pesan-pesan yang tersirat dalam tulisan itu. Sekali, dua kali, tiga kali, dan seterusnya Sang Tokoh terus berusaha menyerap isi buku tersebut. Kemudian Sang Tokoh banyak belajar pada alam.  Pada naskah digambarkan Sang Tokoh melanjutkan proses pembelajaran pada benda-benda yang ada di sekitarnya.
Walaupun telah berusaha keras,  Sang Tokoh masih merasa belum memiliki apa-apa. “Ternyata aku belum menjadi,” kata Sang Tokoh.
Di tengah kebingungannya munculah Manusia Sampah I sambil berkata,  “KUM.” Sang Tokoh berinteraksi dengan Manusia Sampah I. Sang Tokoh tak henti menghujat Manusia Sampah I, namun Manusia Sampah I hanya bergerak sana dan kesini. Kemudian muncul pula sosok Manusia Sampah II dan kemudian keduanya menampakkan wajah penuh murka terhadap tingkah Sang Tokoh.
Jadilah pertarungan yang berakhir kematian kedua manusia sampah. Sang Tokoh menyeret mayat kedua manusia sampah yang telah dibunuhnya. Kemudian kembali mengambil buku yang diletakkannya tadi  dan melanjutkan pencariannya. Sang Tokoh terus saja resah karena tak dapat memahami isi buku tersebut. Sang Tokoh terus membaca  buku yang ada di tangannya hingga tertidur.
Beberapa saat kemudian terdengar teriakan Sang Wanita. Tak lama waktu berselang terlihat Sang Wanita berlari ketakutan yang dibuntuti tiga sosok lelaki dengan pandangan sangat buas. Pada adegan ini digambarkan kontradiksi antara cinta dan nafsu. Wanita itu menganggap apa yang dilakukan laki-laki itu adalah nafsu, namun menurut laki-laki itu adalah cinta yang di tujukan pada Sang Wanita. Akhirnya dengan ketidakberdayaan Sang Wanita, jadilah  adegan pemerkosaan.
Mendengar suara rintihan Sang Wanita, Sang Tokoh terbangun dari tidurnya. Mencoba menghampiri wanita yang tak berdaya itu. Di sampingnya telah berbaring tiga sosok laki-laki yang telah mengalami puncak birahi. Sang Tokoh berusaha menyentuh Sang Wanita, namun kedua tangan halus Sang Wanita  menghalangi niatnya. Wanita pun berteriak kencang, mengulang kata Tuhan dan Cinta.
Tiga laki-laki itu kemudian ingin mengulang niat kotornya pada Sang Wanita yang telah berada dekat Sang Tokoh. Ketiga laki-laki itu berniat menghabisi sang Tokoh dan akhirnya terjadilah pertarungan. Awalnya Sang Tokoh merasa kewalahan dari lawannya. Namun dengan semangat Sang Tokoh mampu mengalahkan lawan-lawannya
Berbeda dengan pembunuhan sebelumnya, kali ini Sang Tokoh merasa berat menghabisi nyawa ketiga laki-laki itu. Ia pun mengajari Sang Wanita  bagaimana cara membunuh. Namun Sang Wanita menolak. Sang Tokoh tak pernah mengenal Tuhan, ia hanya tahu bahwa sejak kecil ia berada di tempat sampah dan besar pun di tumpukan sampah. Sang Wanita pun menemukan secarik kain yang mengingatkannya dengan bayi yang ditinggalkannya di tumpukan sampah tempatnya berdiri sekarang.
Di tempat yang sama, Sang Tokoh berdialog dengan tong kosong. Dari percakapan itu Sang Tokoh tahu Sang Wanita yang berada di dekatnya ternyata ibunya.  Ia pun membunuh Sang Wanita. Hingga akhir adegan Sang Tokoh belum mengetahui apa itu cinta dan Tuhan.
Menurut Abdul Rahman selaku sutradara pada pementasan “KUM” atawa Bibit Unggul Zaman Akhir. Pada cerita ini menggambarkan peran budaya, agama, dan pengetahuan yang dicari Sang Tokoh. Banyak aspek kemanusiaan dan sosial yang digambarkan dalam cerita ini. Digambarkan seorang ibu tega membuang anak kandungnya di tempat sampah. Pembunuhan antara manusia yang cenderung begitu mudah dilakukan. Manusia cenderung bertingkah layaknya binatang. Dan hati mereka telah membusuk layaknya bau sampah di tempat sampah.
Mustafa

Komentar

Populer Post

An Nadzir dan Idul Fitri

Masyarakat Pojok Makassar

Ternak Masuk Lahan Tetangga Kena Denda, Setuju?