Putra, si Juru Parkir

Int. Ilustrasi.
Namanya Putra, kesehariannya sebagai siswa kelas enam sekolah dasar di Makassar dikenal  anak yang pandai.  Sejak tingkat dua, ia telah pandai membaca dan berhitung. Namun tak seperti siswa pada umumnya yang sepulang sekolah dapat bermain atau belajar atau bahkan beristirahat, Putra justru harus ke salah satu rumah sakit. Bukan tuk berobat, namun untuk mencari nafka sebagai juru parkir di area luar rumah sakit. Lokasi itu, katanya, daerah 'kekuasaan' ayahnya.

Mulai jam tiga sore anak ke enam dari sembilan bersaudara ini telah bermain dengan asap kendaraan. Kepanasan saat cuaca cerah tanpa mendung, kedinginan diwaktu malam tiba. Setelah larut malam, sekitar jam sebelas, barulah ia dijemput sang ayah dengan sepeda motor.

Perannya sebagai juru parkir mengajarkan Putra tuk jadi anak yang keras. Jika ada pengguna kendaraan yang tak bayar parkir maka ia akan menggemboskan kendaraan itu. "Saya biarkan saja. Saya catat DD nya (nomor polisi untuk Sulsel), nanti kalau dia kembali lagi, saya kasi bocor bannya, " katanya dengan santai seakan hal macam itu sudah biasa dilakukannya.

Mungkin Putra belum sadar baik dan buruk apa yang dilakukannya, mengempeskan ban roda kendaraan orang lain, padahal lahan parkir itu toh bukan milik individu siapapun. Sebab berada di tepi jalan. toh ia juga tak menyediakan karcis penggunaan jasa parkir dengan stempel pemerinta kota. Jadi tak ada hak untuknya melakukan itu.

Namun pengalaman dan lingkungan mengajarkan nilai baik buruk yang salah. Lingkungan terdekatnya- keluarga- menanamkan pandangan bahwa lahan parkir merupakan hak mereka sebagai juru parkir. 


Mungkin terlalu cepat untuknya menerima beban tugas mencari nafka di usianya sekarang yang baru mencapai 12 tahun. Pekerjaan yang akan merebut masa kecilnya. Kemudian menjadikan Putra manusia keras hati, yang menggunakan otot sebagai solusi masalah, bukan otak.

Makassar, 20 November 2013

Komentar

Populer Post

An Nadzir dan Idul Fitri

Masyarakat Pojok Makassar

Ternak Masuk Lahan Tetangga Kena Denda, Setuju?